Menjelang
bergulirnya Pemilu tahun depan, sebagian pencari suara mulai mencari
pendukung. Di antara mereka mencari kursi, sampai pun ridho pada hal
yang sebenarnya tidak Allah sukai. Mereka tahu akan haramnya perbuatan
bid’ah, namun karena demi kursi panas dan demi meraup pendukung, segala
cara pun ditempuh. Padahal sudah dijelaskan dalam untaian nasehat Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam-
bahwa siapa yang mencari ridho manusia dan membuat Allah murka, maka
lihatlah saja nanti bagaimana Allah akan membolak-balikkan hati manusia
sehingga akhirnya menjadi tidak ridho.
Dalam hadits disebutkan,
عَنْ
رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ قَالَ كَتَبَ مُعَاوِيَةُ إِلَى عَائِشَةَ
أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رضى الله عنها أَنِ اكْتُبِى إِلَىَّ كِتَابًا
تُوصِينِى فِيهِ وَلاَ تُكْثِرِى عَلَىَّ. فَكَتَبَتْ عَائِشَةُ رضى الله
عنها إِلَى مُعَاوِيَةَ سَلاَمٌ عَلَيْكَ أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّى سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ
اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنِ
الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى
النَّاسِ »
Dari seseorang penduduk Madinah, ia berkata bahwa Mu’awiyah pernah menuliskan surat pada ‘Aisyah -Ummul Mukminin- radhiyallahu ‘anha, di mana ia berkata, “Tuliskanlah padaku suatu nasehat untuk dan jangan engkau perbanyak.” ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
pun menuliskan pada Mu’awiyah, “Salamun ‘alaikum (keselamatan semoga
tercurahkan untukmu). Amma ba’du. Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang mencari ridho Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan
cukupkan dia dari beban manusia. Barangsiapa yang mencari ridho manusia
namun Allah itu murka, maka Allah akan biarkan dia bergantung pada
manusia.” (HR. Tirmidzi no. 2414 dan Ibnu Hibban no. 276. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dalam lafazh Ibnu Hibban disebutkan,
مَنْ
اِلْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رضي الله عنه وَأَرْضَى عَنْهُ
النَّاسَ ، وَمَنْ اِلْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ سَخِطَ
اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ
“Barangsiapa
yang mencari ridho Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan
meridhoinya dan Allah akan membuat manusia yang meridhoinya. Barangsiapa
yang mencari ridho manusia dan membuat Allah murka, maka Allah akan
murka padanya dan membuat manusia pun ikut murka.”
Sebagaimana keterangan dalam Tuhfatul Ahwadzi (7: 82), maksud hadits “Allah akan cukupkan dia dari beban manusia”
adalah Allah akan menjadikan dia sebagai golongan Allah dan Allah tidak
mungkin menyengsarakan siapa pun yang bersandar pada-Nya. Dan golongan
Allah (hizb Allah), itulah yang bahagia. Sedangkan maksud “Allah akan biarkan dia bergantung pada manusia” adalah Allah akan menjadikan manusia menguasainya hingga menyakiti dan berbuat zholim padanya.
Beberapa faedah dari hadits ‘Aisyah di atas:
1- Wajib takut pada Allah dan mendahulukan ridho Allah daripada ridho manusia.
2- Hadits tersebut menunjukkan akibat dari orang yang mendahulukan mencari ridho manusia daripada ridho Allah.
3- Wajib tawakkal dan bersandar pada Allah.
4- Akibat yang baik bagi orang
yang mendahulukan ridho Allah walau membuat manusia tidak suka dan
akibat buruk bagi yang mendahulukan ridho manusia dan ketika itu Allah
murka.
5- Hati setiap insan dalam genggaman, Allah yang dapat membolak-balikkan sekehendak Dia. (Lihat Al Mulakhosh fii Syarh Kitab Tauhid, Syaikh Sholih Al Fauzan, hal. 267).
Sehingga dari pelajaran di atas,
maka semestinya yang diharap adalah ridho Allah, bukan ridho manusia.
Jangan sampai membuat Allah murka hanya karena ingin meraup nikmatnya
kursi panas.
Wallahu waliyyut taufiq.
Dari artikel Muslim.Or.Id
0 komentar:
Posting Komentar