Segala
puji bagi Allah yang telah menciptakan segenap makhluk untuk tunduk
beribadah kepada-Nya. Salawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi
akhir zaman dan pembawa rahmat bagi seluruh alam. Amma ba’du.
Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Apakah manusia itu dibiarkan untuk mengatakan; “Kami beriman” lantas mereka tidak diuji.” (QS. Al-’Ankabut: 2)
Fitnah Kemusyrikan
Diantara bentuk ujian dan cobaan yang Allah berikan di atas muka bumi ini adalah segala bentuk kekafiran dan kemusyrikan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan perangilah mereka itu [orang-orang musyrik] sehingga tidak ada lagi fitnah dan agama [ketaatan] itu seluruhnya murni untuk Allah.” (QS. Al-Anfal: 39)
Yang dimaksud dengan ‘fitnah’ di dalam ayat di atas adalah kesyirikan. Imam Ibnu Jarir rahimahullah berkata, “Artinya perangilah mereka sampai tidak ada lagi kesyirikan dan tidak disembah kecuali Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya; sehingga dengan sebab itulah akan terangkat bencana dari hamba-hamba Allah di atas bumi ini…” (lihat dalam Fiqh al-Fitan, hal. 36-37 karya Dr. Abdul Wahid al-Idrisi)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Fitnah itu lebih besar daripada pembunuhan.” (QS. Al-Baqarah: 217). Mujahid rahimahullah menafsirkan bahwa yang dimaksud ‘fitnah’ di dalam ayat ini adalah kekafiran (lihat al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an [3/427]). Imam al-Baghawi rahimahullah menafsirkan, bahwa yang dimaksud dengan istilah ‘fitnah’ di dalam ayat tersebut adalah kesyirikan (lihat Ma’alim at-Tanzil, hal. 121)
Tentu, setiap muslim akan merasa gerah apabila syirik dibiarkan dan kekafiran merajalela. Sebab syirik adalah dosa terbesar, kemaksiatan paling buruk, dan kezaliman tertinggi yang harus diberantas dari permukaan bumi ini. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya dan akan mengampuni dosa di bawahnya bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisaa’: 48)
Allah ta’ala juga menegaskan (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh Allah telah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu penolong.” (QS. Al-Ma’idah: 72). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13)
Sepak Terjang Dukun Di Negeri Kita
Perdukunan adalah bagian tak terpisahkan dari kejahatan syirik yang berkembang di tengah umat manusia. Tradisi perdukunan di muka bumi ini memang sudah berurat berakar dan sangat sulit untuk diberantas. Tidak terkecuali di negeri-negeri Islam seperti halnya Indonesia yang kita cintai ini (lihat Bahaya..!!! Tradisi Kemusyrikan Di Sekitar Kita, hal. 93)
Para dukun yang lebih senang disebut sebagai ahli hikmah, orang pinter, paranormal, hiper metafisik dan nama keren lainnya ini, tidak lagi membuka praktek di kampung-kampung. Tetapi di tempat-tempat elit seperti perhotelan, membuka studio tempat praktek sekaligu sebagai kantornya atau bahkan ada yang berani membuka pesantren untuk mengelabui para pasiennya. Mereka juga berani melakukan seminar-seminar ilmiah dan beriklan di media cetak dan elektronik dan bahkan lewat internet (lihat Bahaya..!!! Tradisi Kemusyrikan Di Sekitar Kita, hal. 94)
Diantara bentuk layanan yang ditawarkan dukun adalah jasa santet dan pertenungan dengan berbagai ragam model akibat yang diderita oleh korban yang ditenung, sejak gangguan jiwa, perpecahan keluarga, bahkan sampai bagaimana caranya agar berakibat meninggal dunia (lihat Bahaya..!!! Tradisi Kemusyrikan Di Sekitar Kita, hal. 102)
Sihir dan Dukun Meresahkan Masyarakat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan..” diantaranya beliau sebutkan, “Syirik kepada Allah dan sihir.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)
Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz alusy Syaikh hafizhahullah menyatakan, bahwa sihir termasuk salah satu bentuk syirik akbar (lihat at-Tam-hid li Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 296)
Hakikat sihir itu adalah meminta bantuan kepada setan dalam memberikan pengaruh [buruk] kepada tubuh orang yang disihir. Seorang penyihir bisa menerapkan sihirnya dengan cara mendekatkan diri [baca; beribadah] kepada setan. Apabila tukang sihir telah menghamba kepada setan maka setan dari bangsa jin akan memberikan bantuan dalam rangka mempengaruhi tubuh orang yang disihir. Setiap tukang sihir pasti memiliki khodim [pembantu] dari kalangan setan [jin]. Dan penyihir tidak akan bisa memberikan pengaruh secara nyata kepada orang yang disihir tanpa mengabdi kepada setan. Oleh sebab itulah sihir termasuk dalam kategori kesyirikan (lihat at-Tam-hid, hal. 297)
Syaikh Shalih alusy Syaikh berkata, “Bahkan saya pernah membaca di dalam sebagian kitab sihir, saya menemukan bahwasanya seorang penyihir -sebagaimana yang digambarkan oleh sang penulis buku itu- tidak akan bisa mencapai hakikat sihir dan memperoleh bantuan jin sebagaimana yang diharapkan kecuali setelah dia menghinakan al-Qur’an, melecehkan Mushaf, sampai dia mau kufur kepada Allah, mencela Allah jalla wa ‘ala dan nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian ini pula yang dituturkan oleh sebagian orang yang mencermati hakikat sebenarnya mengenai hal itu.” (lihat at-Tam-hid, hal. 297)
Dukun [kahin] yaitu orang yang mengaku mengetahui ilmu gaib pun memiliki relasi yang kuat dengan setan. Mereka [dukun] akan melakukan pemujaan kepada setan -apakah dengan cara bersujud atau memberikan sembelihan- demi mendapatkan informasi yang mereka inginkan; semisal lokasi barang yang hilang atau dicuri orang (lihat I’anat al-Mustafid bi Syarh Kitab at-Tauhid [1/475] karya
Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan)
Sihir Memang Ada dan Berbahaya
Sihir
dalam pembicaraan syari’at terbagi menjadi dua macam; sihir yang hakiki
dan sihir berupa khayalan. Sihir hakiki bisa mempengaruhi badan atau
hati, sehingga bisa menyebabkan jatuh sakit bahkan kematian. Demikian
pula sihir yang hakiki bisa membuat orang merasa melakukan sesuatu
padahal dia tidak melakukannya. Termasuk dalam kategori sihir hakiki
adalah yang menyebabkan orang cinta menjadi benci atau sebaliknya [baca;
pelet], begitu pula yang membuat suami istri menjadi bercerai. Adapun
sihir khayalan adalah yang mempengaruhi pandangan atau penglihatan saja
sehingga orang akan melihat sesuatu tidak sebagaimana kenyataannya
(lihat Durus fi Syarh Nawaqidh al-Islam, hal. 142-143 oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah)
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah
juga memaparkan, bahwa sihir membawa dampak yang merusak bagi
masyarakat. Sebab dengan adanya sihir akan mengobarkan permusuhan,
kebencian dan keburukan di tengah-tengah manusia. Oleh sebab itu tidak
boleh membiarkan penyihir berkembang di tengah masyarakat islam dalam
bentuk apapun juga. Sihir adalah kemungkaran serta wajib untuk diingkari
dan dilenyapkan. Sudah semestinya negeri-negeri kaum muslimin
dibersihkan dari kejahatan semacam ini (lihat Durus fi Syarh Nawaqidh al-Islam, hal. 151-152)
Dalam kesempatan lain Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah
juga menegaskan, bahwa sihir adalah sesuatu yang hakiki [nyata] dan
bisa memberikan pengaruh kepada badan orang yang disihir. Meskipun
demikian pengaruh itu hanya akan bisa muncul dengan takdir Allah; tidak
berjalan dengan sendirinya di luar kekuasaan-Nya. Kedua macam sihir di
atas -baik yang hakiki maupun khayalan- adalah perbuatan yang sama-sama
diharamkan (lihat I’anat al-Mustafid bi Syarh Kitab at-Tauhid [1/472])
Harga Bawang Menggoncang ‘Keimanan’
Sebagian
orang -semoga Allah berikan taufik kepada mereka- memandang masalah
santet [baca; sihir dan perdukunan] tidak lebih berbahaya dan tidak
lebih meresahkan daripada problem harga bawang, wallahul musta’aan.
Padahal, ayat-ayat di atas dengan jelas menunjukkan kepada kita
besarnya bahaya syirik dan kekafiran; termasuk di dalamnya adalah sihir
dan perdukunan [baca: santet, pelet, dkk].
Menurut
sebagian orang, jika dukun menawarkan jasa pengobatan dengan ilmu gaib
[baca; perdukunan dan sihir] maka hal itu tidak perlu dipermasalahkan,
yang penting ‘kan tidak merugikan orang lain. Toh, mengobati orang
adalah perkara positif dan bermanfaat; untuk apa dilarang?! Itulah cara
berpikir yang mereka anut. Padahal, Islam tidak mengenal kaidah ala
Yahudi; ‘tujuan menghalalkan segala cara’.
Di
dalam Islam, tujuan yang baik harus diwujudkan dengan cara yang benar.
Islam tidak mengenal prinsip ala Robin Hood; yang ‘membolehkan’ merampas
harta orang-orang kaya dalam rangka berbagi kepada kaum tertindas dan
rakyat jelata.
Oleh
sebab itu kami menghimbau diri kami dan kaum muslimin dimana pun berada
untuk senantiasa bertakwa kepada Allah dan melindungi aqidah dan tauhid
kita agar tidak tercemar oleh kotoran syirik dan kekafiran serta
kerancuan berpikir yang dihembus-hembuskan oleh musuh-musuh Islam; dari
luar maupun dari dalam.
Kepada Allah jua kita bersandar dan meminta petunjuk.
Sumber : Muslim.Or.Id
Sumber : Muslim.Or.Id
0 komentar:
Posting Komentar